mikasalto - Profile

"Oh, kita kedatangan tum—tamu baru!" serunya dengan sudut bibir terangkat tinggi. Kuharap barusan bukan kata 'tumbal' yang hendak ia lontarkan. Akan tetapi, melihat Ditte kembali melakukan gestur doa dengan tangannya—awalnya tak begitu kuambil pusing, namun begitu yang lain mengikuti gerak Ditte, perasaanku jadi sangat tidak enak.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Dandi Purnama, di umur tujuh belas tahun, dengan dosa besar berupa penyebaran potret malangku dengan seragam pramuka, berhasil kucekik dengan sukacita. Sayang tak sampai tiada, karena aku penduduk baik hati tanpa noda.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Beri tepuk tangan padaku, para Pembaca sekalian.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

"Nwoer," lirihku dengan napas tertahan. Kulempar senyuman paling anggun yang kupunya—tindakan ini tidak sia-sia. Melihat dia lekas terantuk dari tangan penopang dagunya seperti itu membuktikan kalau ia tahu jelas seberapa besar dosanya padaku. "Kalau aku mencekik orang sebentar, boleh 'kan?"

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Akan tetapi, karena mama tidak mau melewatkan kesempatan menyiramiku, alhasil dia menemukan penyelesaian lain berupa air kobokan.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

"Ke mana dia pergi dengan keadaan terluka seperti itu?"

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Untunglah, pihak sekolah tidak mengadakan hukuman khusus untuk anak yang sudah terlambat, salah pakai seragam lagi. Mungkin, aku akan langsung melanglang ke kedai nasi Padang di seberang komplek. Apa itu sekolah? Tidak tahu, ahahaha.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Alhasil, dalam setengah jam potretku telah tercetak pada kertas ukuran A5. Dengan headline bionarasi yang sepenuhnya ditulis kapital: WADUH PARAH! BAJU PRAMUKA DI TERIK RABU YANG GERAH, CHASTITY BASWARA BENAR-BENAR PARAH!

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

"Aku meracunimu." Terhenti sejenak kata-katanya, ikut memakukan jemari kakiku yang beberapa waktu lalu terus mengetuk ubin. "Kamu pernah bilang, sewaktu upacara tujuh belasan tiba-tiba dadamu sesak, dan itu sudah kedua kalinya."

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Akan lebih baik semisal otakku sangat ramah terhadap materi logaritma, apalagi materi trigonometri—tidak, jangankan pelajaran mematikan satu itu, mari kita bicara tentang Ilmu Pengetahuan Alam, yang telah beranak-pinak menjadi Kimia, Biologi, dan Fisika. Seakan tidak mau kalah dengan Matematika yang juga membelah menjadi dua bidang durjana, wajib dan peminatan.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

"Mampus!"

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Tetangga: Eh, itu si Chasty, masa iya ngunci gudang dari dalam terus kuncinya dilempar keluar, 'kan—

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Rambutku keriting, kribo, mirip Medusa dengan versi jauh lebih buruk dan sewarna biji pohon ek. Perawakan cukup tinggi untuk ukuran anak gadis sepantaranku. Bentuk wajahku bisa dibilang dapat diketahui jelas kalau aku berdarah campuran. Kulitku terang, sekalipun aku berjemur tujuh jam sehari untuk sebulan berturut-turut, hanya kontrasnya yang menurun, namun masih terbilang terang untuk penduduk pada umumnya.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Orang-orang selalu kesulitan menyebutkan namaku, terlebih teman-teman sekolahku. Lidah lokal mereka selalu membawa akhir dari nama 'Chasty' menjadi 'Bola Kasti'. Padahal penyebutannya tinggal dipelintir sedikit saja, bukan dibaca 'Kasti', tetapi 'Kesti', hanya satu huruf. Namun minusnya budi mereka membuat nama official-ku di sekolah sepenuhnya adalah 'Kasti'.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Dia bergumam singkat dengan alis terangkat, sepertinya tersentuh dengan pelototan mataku. Kemudian, wanita itu terkekeh pelan. "Kamu berani juga, ya. Biasanya orang baru akan ketakutan karena diculik ke sini." Maniknya mengerling ke samping, dan ia mengimbuhi, "Ada juga yang berani seperti kamu—aha, berteriak menakuti staf dengan kemampuannya yang masih seujung kuku, kuharap kamu tidak seperti itu juga."

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Saat umurku enam tahun, dia melindungiku yang nyaris melayang di tabrak mobil. Saat umurku delapan tahun, dia histeris membuang kembang api yang nyaris melahap tanganku. Saat umurku sebelas tahun, dia mati-matian menyelamatkanku dari puing-puing bangunan rapuh yang hendak menimpaku. Saat umurku empat belas tahun, dia menghajar habis lima preman yang hendak melecehkanku.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Aku menggeleng seraya mengikuti langkahnya. "Ah, tidak." Di sela langkah, kubersihkan pangkal mata dengan telunjuk, mendapati kotoran sebesar beras bertengger di sana.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Aset, katanya. Kutahan decakan sebisa mungkin.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

"Tidak juga, kok." Neor kembali membuatkku waspada dengan kemampuannya—bahkan berbicara dalam kepalaku sendiri tidak terjamin keamanannya. Pria itu kemudian mengimbuhi kalimatnya dengan santai, padahal baru saja kusumpahi dia dengan penuh kasih, "Para dewan tidak mungkin menjatuhinya dengan hukuman berat. Sato itu adalah prajurit hebat, dia salah satu anggota dari tim elit Nadez—merusaknya sama saja merusak aset negara."

See u :>

Fantasy · Maru_Desu

Sekejap, aku ditarik masuk dalam perdebatan mereka dan mengabaikan fakta bahwa mereka mengenal kakakku, Sato Baswara—sepertinya, citra makhluk itu sangat baik di sini. Sebab adiknya yang ngotot pulang semalam—demi apa pun jam tanganku baru diganti baterai dua minggu lalu jadi tidak mungkin kalau tiba-tiba benda di tanganku ini memutuskan untuk korsleting atau semacamnya—yah ... aku tahu perkara ditahan itu bukan main-main, namun tetap saja masalah bisa sejauh ini bukan murni kesalahanku. Kalau saja dia memberitahu kondisinya padaku. Kalau saja dia tak berjanji bakal menjemputku. Kalau saja dia bersikap lebih baik dalam mengasuhku—aku 'kan tidak mungkin tumbuh dengan mencari-cari kesalahan kakak sendiri.

See u :>

Fantasy · Maru_Desu