Download App

Chapter 12: Giliranmu Roman!

“Selamat siang para hadirin semuanya! hari ini adalah babak pertama di grup B setelah beberapa pertandingan babak pertama dari grup A, tanpa berlama-lama lagi kita sambut peserta pertandingan grup B!”

Aku dan para penonton bersorak meriah menyambut pertandingan yang akan dimulai ini

“Sebelah kanan saya, seseorang dari keluarga bangsawan terkenal yang memiliki julukan Singa api sekaligus ketua kelas 8-A. Inilah dia... Romanov Ruslan!”

Roman melangkahkan kakinya kiri-kanan menuju ke tengah arena, hembusan angin membuat jubah coklat dengan lambang singa berwarna emas milik Roman seperti berkibar di belakang badannya. Dengan sebuah tombak sihir digenggam oleh setiap jari-jari tangan, dia menyeret tombak itu sambil berjalan menuju tempat yang disebutkan tadi.

Seketika pandanganku teralihkan kepada seseorang dari arah berlawanan yang juga ikut melangkahkan kakinya untuk bertanding seraya di tangannya membawa sebuah pedang baton.

“Tunggu! orang itu... bukankah dia yang membuat sikutku terluka di waktu lalu!?” ucapku dalam hati.

“Dan—di sebelah kiri saya, seorang anak berbakat dalam sphere elemen tumbuhan. Siapa lagi kalau bukan... Rayn Virzan!!”

Usai beberapa langkah berjalan, mereka berdua sampai di tengah-tengah arena pertandingan. Indra pendengaranku menangkap sedikit perbincangan antara Roman-san dan Rayn.

“Cih.. bocah bangsawan ingusan ini lagi, huh! kenapa kau tidak pulang saja ke rumah dan bermain boneka dengan anak berambut putih itu? Hahaha.” Dia tertawa seakan tidak mempunyai kesalahan.

“Kau tahu, aku tidak semanja apa yang kau pikirkan. Aku juga masih belum memaafkanmu atas perbuatanmu kemarin itu! akan aku balas kau nanti.” Roman mengeluarkan ekspresi geram kepada kakak kelas di depannya.

“Wah, bocah jeruk ingusan ini mulai marah.. tidak! aku takut!! aku takut jika aku harus membuat kekalahanmu dihiasi cedera di tubuhmu hahaha!”

“Kepar*t kau!.....” telapak tangan kiri Roman mulai mengepal, aku tahu bahwa dia tengah menahan amarahnya untuk sementara.

“Baiklah para hadirin, sekarang mari kita akan mulai pertandingannya dalam hitungan ke tiga!”

“Semoga beruntung bocah ingusan,”

“Lihat saja kau nanti!”

Di waktu panasnya Sang bola api raksasa, rasanya menjadi semakin panas di saat mereka akan bertarung dengan unsur amarah dan dendam. Sangat berbeda jauh saat aku bertarung kemarin melawan Kak Fasha. Roman bersiaga mengangkat tombak sihirnya itu, sedangkan Rayn itu hanya bersantai, dia menganggap melawan Roman sama seperti melawan kucing.

“Satu!”

“Berhati-hatilah, Roman.”

“Dua!”

“Tiga!!!”

“Sphere elemental: Root of suffering!”

Baru selesai hitungan ke-tiga, Rayn langsung mengeluarkan jurus spherenya bersamaan dia mengentakkan telapak tangannya ke tanah. Yang membuat sekumpulan akar berduri muncul dari dalam tanah dan bergerak menuju ke Roman.

“Breath of fire!”

Hembusan api keluar dari mulut Roman, tidak lain hanya untuk bertahan dari serangan itu dengan sphere apinya. Satu-persatu akar berduri itu pun terbakar berubah menjadi abu.

“Kau kira serangan semacam itu akan mengalahkanku!!!?” dengan penuh emosi, dia melakukan serangan balasan.

“Fire waves!” Roman memukulkan tombaknya sihirnya ke tanah, akibatnya ombak api sepanjang bis sekolah bergerak secepat cheetah menyerang ke arah kakak kelas itu berdiri.

“Sial, life shield!” Rayn bertahan dari ombak api tersebut dengan proyeksi perisai berwarna hijau. Usai beberapa saat bertahan dari serangan Roman, Rayn langsung berkata bagai masih meremehkan Roman yang baru saja hampir membuatnya hangus terbakar.

“Cih mungkin kau boleh juga saat menggunakan sphere, tapi bagaimana dengan pertarungan senjata!”

Roman menjawab melalui telapak tangannya, dia mengayunkan atas-bawah seakan menyuruh kakak kelas tidak beradab itu maju melawannya dengan senjata, bukan hanya dengan sphere.

“Baiklah akan aku kalahkan bocah bangsawan ingusan ini!”

Mereka berdua berlari ke arah berlawanan secara bersamaan. Saat mendekat mereka langsung beradu ayunan dan hantaman masing-masing senjata.

Roman tampak bertarung dengan serius, sampai-sampai wajah musuhnya menjadi penuh keringat akibat menangkis semua serangan tombak maut itu. Aku belum pernah melihat Roman menggunakan tombak secepat itu, hingga Indra penglihatanku hampir tidak bisa melihat gerakan apa yang dilakukan Roman terhadap lawannya itu.

Meski beberapa serangan kakak kelas itu sempat membuat sayatan di wajah dan tangan Roman, tetapi sama sekali tidak menggetarkan mental Si jeruk itu. Bahkan serangan tombak sihirnya semakin cepat dan kuat, maka dari itu setiap serangan Roman pasti sudah terencanakan dan dipikirkan dengan cepat dan tepat.

“Tak kusangka dia secepat ini, kalau begini terus aku akan terpojok dan kalah!”

“Bagaimana? masih meremehkan Si jeruk ingusan ini!?” ujar Roman.

—Sontak Roman langsung melompat ke udara seraya berputar 360 derajat dan menendang keras wajah kakak kelas itu menggunakan kaki kanannya. Saking kerasnya tendangan Roman, mengakibatkan lawannya terpental ke ujung arena.

“Katanya kau ingin menghiasi kekalahanku dengan cedera, lantas kenapa kau lah yang sekarang penuh cedera, Huh!”

Aku tersenyum karena usai berkata demikian dia mengeluarkan senyum jahatnya persis mirip seperti Hazuki-kun.

“Kau!... beraninya kau membuat cedera pada diriku!”

Perlahan Rayn berdiri dihiasi tetesan darah keluar dari mulutnya, tidak lain disebabkan oleh tendangan keras Roman tadi.

“Spawning sphere: Tree golem!”

Tanah di sekitar arena mulai berguncang dengan hebat.

“Guncangan apa ini!?”

Para penonton mulai panik karena guncangan itu, aku tidak tahu sphere apa yang baru dilakukannya tapi yang jelas, aku tahu tujuannya untuk memunculkan suatu makhluk entah makhluk seperti apa.

Perkiraanku benar, sepasang tangan keluar dari tanah secara bergantian di depan lawan Roman itu. Tangan itu mengangkat seluruh tubuhnya dan muncul lah suatu entitas golem pohon raksasa di area arena.

Para penonton menjadi terkagum-kagum akan golem raksasa itu, namun tidak dengan Roman yang malah semakin berwaspada dan alisnya mengerut. Musuh Roman tersebut melompat ke atas golem raksasa, dengan sombongnya dia berkata menantang Roman yang sebenarnya dia tidak tahu kekuatan asli Roman, meskipun aku juga belum mengetahui kekuatan asli Roman juga.

“HAHAHA SEKARANG KAU BISA APA? ROMANOV RUSLAN!” dia berteriak menantang Roman.

“Sialan kau!” ujar saudaraku itu.

“Golem pohon, serang dia!!”

Golem pohon itu meraung keras kepada Roman sebelum dia mengentakkan kepalan tangan raksasa miliknya secara tiba-tiba, sontak Roman langsung menghindari serangan mematikan itu.

[Di sini sebenarnya aku masih berpikir keras, kenapa ujian seperti ini malah lebih mirip pertarungan gladiator, baik serangan maupun senjata semuanya asli dijalankan seperti mau saling membunuh. Seperti pedang yang kupakai kemarin, aku pikir pedang itu tumpul ternyata malah lebih tajam dari pedang latihan kemarin. Ditambah lagi aku mengira fungsi wasit sangat di jalankan di sini, ternyata hanya memperkenalkan, menghitung, dan memberi tahu siapa yang menang. Bukan untuk melerai jika ada peserta yang berlebihan]

Beberapa pukulan bertubi-tubi dilancarkan oleh golem pohon tersebut. Sekarang keadaan berbalik, Roman hanya terus menghindar dan selalu tidak sempat melakukan serangan balasan ke golem tersebut. Sayangnya usaha Roman tidak bertahan lama, lantaran dia terkena pukulan golem itu dan tubuhnya terpental mengenai dinding sampai membuat retakan.

“AGH!”

“ROMAN!!” teriakku.

—Roman menjadi tidak berdaya, raut wajahnya seperti menahan rasa sakit serangan pukulan itu.

“Bagus! aku persilahkan dirimu untuk meninggalkan arena ini sebelum aku akan membuatmu semakin terluka lagi.” Anak kelas 9-H itu duduk santai di atas kepala golem buatannya.

Si jeruk itu menoleh sejenak ke arah kakak kelas tidak beradab tersebut.

“Agh! baiklah kalau begitu, kau mengeluarkan jurus andalanmu itu.” Roman bangkit berdiri kembali.

“Akan aku pinjam kata-kata Hikari, tampaknya aku harus melakukan hal merepotkan lagi,” gumam Roman.

“Hah? apa maksudmu bodoh!?”

“Maksudku aku akan meningkatkan sedikit pertarungan ini menjadi sedikit lebih serius,”

“Hahaha bocah ingusan, di tengah dirimu terluka seperti ini masih sempat mengatakan ‘sedikit lebih serius’. Memangnya sekuat apa kau ini sampai harus berkata seperti itu dasar lemah!”

Mendengar makian barusan, Roman tersenyum seraya menahan rasa sakit di bagian belakang badannya. Lalu mengangkat tangannya dengan mengacungkan tiga jari.

“Tiga jari? oi kau jangan membuatku tambah bingung, jika kau mau menyerah bilang saja sebelum aku yang akan membuatmu mengatakannya,”

“Tiga hitungan, tiga penderitaan. Sebenarnya aku sudah lama tidak melakukannya, yaitu serangan fisik tic tac toe,”

“Argh berisik! Golem pohon kalahkan bocah jeruk ingusan itu!!”

Golem pohon pun bergerak mengikuti perintah tuannya, namun saat golem itu sudah menyerang Roman, dengan anehnya Roman menghilang seakan ditelan bumi. Anak kelas 9-H itu beserta para penonton termasuk aku menjadi kebingungan.

“Selanjutnya apa yang kau lakukan Roman? muncul dan hadapi aku di sini, jangan kau berlari seperti seorang pengecut!” ucap Rayn.

Di sela-sela kebingungan itu, tidak ada hujan- tidak ada angin tiba-tiba Roman muncul dari dalam tanah di belakang golem itu, dia bergerak berputar dengan tombaknya ibarat bor dan melompat ke udara lepas.

“TIC!”

Hempasan tebasan api keluar dari tombak sihir milik Roman, tebasan barusan mengakibatkan tangan sebelah kanan golem itu terpotong dari tubuhnya.

“Se—sejak kapan?”

Roman melakukan seribu langkah menuju tepat ke belakang kedua kaki golem pohon, dan kembali melakukan serangan kedua.

“TAC!”

Kali ini dia menebas kedua kaki golem sehingga membuat kedua kaki golem pohon menjadi terpotong.

“Sial aku harus pergi dari golemku ini.” Segera lawan Roman itu melompat turun dari atas kepala golem.

“Terakhir!!”

Roman melompat tinggi seraya berakrobatik dengan lihainya. Usai dia melompat, Roman terjun bagaikan rudal menuju tepat di atas kepala golem dan...

“TOE!!!”

Tombak Roman membelah tubuh golem itu menjadi dua, pada akhirnya golem itu menghilang menjadi butiran cahaya hijau yang beterbangan di udara.

“ROMANOV RUSLAN! beraninya kau menghancurkan golemku!”

“Sudah kubilang, meski aku adik kelasmu, bukan berarti adik kelas tidak bisa mengalahkan kakak kelas,” ujar Roman.

“Giliranku yang bertanya, apa kau mau menyerah dengan sukarela atau aku akan menghiasi kekalahanmu dengan beberapa cedera?”

Para penonton bersorak untuk menyuruh bertarung kembali, siswa-siswi seakan sangat menikmati pertarungan ini.

“Maju kau!”

Tanpa ada negosiasi, Rayn langsung maju menyerang saudaraku. Tetapi mungkin karena spherenya sudah menipis, pergerakannya seperti mudah dibaca.

“Merepotkan saja,”

“Hey Roman! itu kata-kataku!” ucapku.

“Maaf-maaf, tunggu ya aku harus menyelesaikan si monyet besar ini.”

Dengan santainya dia menghindari serangan musuhnya itu lalu menendang bagian bokongnya dengan keras. Akibatnya anak 9-H itu terhempas mengenai dinding arena.

“Baiklah sekarang kita impas,”

“Romanov Ruslan telah dinyatakan lolos ke babak selanjutnya!” seru wasit itu.

Lantas semua yang hadir ikut bertepuk tangan termasuk aku karena senang Roman bisa bertanding di babak selanjutnya.

“Hikari!!” ujar Roman dari tengah lapangan.

“Iya kenapa?”

“Aku berhutang karena meminjam kata-katamu dua kali, terima kasih ya!!”

“Dasar kau ini, berucap saja harus berutang hahaha, ngomong-ngomong nanti saat pulang ayo kita ke toko roti untuk membeli roti dan makan bersama di rumah!” ajakku.

“Oke!”

Selanjutnya kami berdua kembali bersama dan duduk melihat pertandingan duel ini sampai sore hari. Di saat mentari mulai tenggelam di barat, di waktu itu kami berdua berjalan menuju portal, melewati portal itu bergantian dengan siswa dan guru lain, dan pulang ke mansion bersama.

___---___---___---___---___---___

Hujan badai masih belum berhenti, sejak Revarion Knight pergi, masih belum ada tanda-tanda kabar baru untuk Kaisar Darkzen.

"Sepertinya ini akan memakan waktu yang lama,"

Kaisar Darkzen duduk di kursi singgasana megahnya sambil bersandar di telapak tangan kanannya.

"Yang mulia bersabarlah, kita pasti akan bisa mencapai tujuan kita," ucap Penasihat itu.

"Hmm apa belum ada tanda-tanda kabar baru dari para Revarion Knight?"

"Sayangnya masih belum kaisarku." Penasihat itu berlutut kepada Sang kaisar.

"Seperti yang pernah kubilang, lawan yang paling merepotkan adalah... diri sendiri,"

"Jangan sampai anak itu terlepas dari misi kita,"

"Karena kita tidak akan tahu sekuat apa anak itu nanti di masa depan,"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C12
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login