Mobil yang membawa Mahendra dan ayah Lesmana telah memasuki pelataran rumah induk. Seperti biasa gemercik air yang menari menyambut kedua lelaki. Ayah Lesmana membuak pintu dan mengamati gerakan indah zat cair yang tengah memainkan iramanya sendiri.
Magis dan mengagumkan sekaligus mengingatkan banyak kenangan seorang ajudan yang mengabadikan diri sejak muda di rumah ini, "lama sekali aku tidak datang ke rumah ini," kalimat pertama yang keluar dari mulut ayah Lesmana.
Masih menatap dengan tertegun tarian di tengah-tengah pelataran rumah megah, Lesmana tidak menyadari menantunya sudah membuka pintu untuk dirinya dan memanggilnya, "Silakan ayah," Hendra perlu mengulang dua kali demi menggugah nostalgia sang ayah.
"Aah' maafkan aku," dan lelaki ini buru-buru menaiki teras yang menyajikan beberapa buah anak tangga.