Download App

Chapter 4: Kita Berbeda

Rei kaget, dia terjerembab dan jatuh ke belakang. Gadis bermata emas yang muncul tiba-tiba itu melotot dan mengamati Rei dengan seksama.

"Kalau aku hantu, kau itu apa?" ujarnya protes.

"Aku manusia!" jawab Rei polos.

"Kau manusia? Jangan bercanda, mana ada manusia di hutan ini!" ujarnya lantang.

"Tapi aku manusia, aku tersesat, apa kau tau bagaimana cara agar bisa kembali?" tanya Rei tampak serius.

"Hah!" gadis berkuping lancip itu mendekat. Dia berputar mengelilingi Rei sembari mengendus-endus bocah yang berkeringat itu. "Apa semua manusia baunya seperti ini?".

"Hei, kau tidak sopan! Aku memang berkeringat, tapi setidaknya aku sudah mandi pagi tadi!" Rei tidak percaya diri dengan bau badannya.

"Jadi kau benar manusia? Lalu bagaimana bisa kau masuk ke sini?" tanpa menjawab pertanyaan Rei, gadis berambut biru itu balik bertanya.

"Ada lubang kecil sebesar kacang yang menarikku kemari!" ujar Rei pada makhluk Astral pertama yang bisa diajaknya berkomunikasi itu. "Lalu, kau itu apa? Apa kau punya nama?" tanya Rei tiba-tiba.

Gadis itu memicingkan mata, tampak cantik meskipun wajahnya sangat dingin, tanpa menjawab dia terbang menjauh. Melihat lawan bicaranya pergi Rei langsung berlari mengejarnya.

"Hei, aku belum selesai bertanya, apa kau bisa membantuku? Aku mohon!" pinta Rei sembari terus berlari.

"Aku tidak mau berurusan dengan manusia, kalian makhluk yang tidak bisa dipercaya!" ujar Gadis itu terbang dengan sayap transparannya.

"Ayo lah, setidaknya beritahu aku, ini ada di mana? Apa ada yang bisa kulakukan untuk pulang?" ujar Rei memelas.

Gadis itu terbang dan duduk di ranting pohon berbunga kuning yang sangat tinggi.

"Huh! Dasar hantu menyebalkan!" ujar Rei lirih.

"Sudah kubilang aku bukan hantu!" ujar gadis itu berdiri tepat di depannya.

Rei tetap kaget dengan kemunculannya yang mendadak, hal positifnya sekarang dia tau cara ampuh agar makhluk itu muncul mendekat, yaitu dengan menyebutnya hantu.

"Baiklah, lalu aku harus memanggilmu siapa?" tanya Rei.

"Kau dari bangsa manusia kan, kau bisa memanggilku Anastasia!" ujarnya.

"Hah, Anastasia? Apa namamu benar Anastasia?" tanya Rei kaget karena makhluk itu menyebut nama yang serupa dengan nama ibunya.

"Bukannya manusia suka memakai nama seperti itu?" ujarnya.

"Itu sama seperti nama ibuku," jelas Rei.

"Ibumu? Kau anak Anastasia?" gadis cantik berkulit kuning itu langsung mendekat, mengendus sekali lagi dan melihat Rei dari jarak yang sangat dekat.

"Hei, kenapa kau suka mengendus?" tanya Rei tidak nyaman.

"Pantas saja baunya sama!" gumam makhluk itu pelan.

"Sama dengan siapa?" tanya Rei penasaran.

"Bagaimana kabar Anastasia sekarang?" tanya makhluk itu tiba-tiba.

"Ibuku meninggal dua bulan yang lalu karena kecelakaan!" jawab Rei sedih.

"Anastasia meninggal? Kecelakaan? tidak mungkin! Indra keenamnya sangat kuat, bagaimana bisa seorang yang bisa membaca takdir buruk meninggal begitu saja!" ujar makhluk yang sepertinya kenal dengan ibunya itu.

"Tapi memang begitu kenyataannya, ibu dan ayah meninggal di saat yang sama," jelas Rei lagi.

"Ayah? Siapa nama ayahmu?" tanyanya lagi.

"William, nama ayahku William," jawab Rei tanpa tau alasan dari pertanyaan itu.

"Jadi Anastasia menikah dengan William! Siapa? William!" makhluk itu langsung terbang ke arah langit, tampak seperti mengeluarkan energi yang besar dan mengeluarkan cahaya ke biruan sebiru warna rambutnya.

Rei kebingungan dia tak mengerti apa yang dilakukan oleh gadis itu, tiba-tiba muncul banyak bola bercahaya yang pernah dia lihat sebelumnya, setelah diamati ternyata bola itu adalah sinar memutar dari sosok tubuh makhluk mungil yang terbangnya sangat cepat.

"Apa iya itu peri!" gumam Rei berbicara sendiri.

Peri-peri kecil itu tampak berbincang dan memberikan informasi pada gadis itu, tampak mimik serius di raut mukanya. Gadis itu turun tanpa basa-basi dia menyambar Rei dan langsung membawanya terbang.

"Hei, setidaknya jelaskan apa yang terjadi!" teriak Rei sembari memegang erat tangan gadis berkulit kuning itu.

"Nanti saja! Pegangan yang erat, kau tidak mau mati konyol kan!" ujarnya.

Gadis itu membawa Rei terbang sangat tinggi, sekitar 50 sampai 60 meter dari permukaan tanah. Rei bisa melihat hamparan tanah berwarna coklat kemerahan dan berbagai macam tanaman yang tampak asing. Tak kalah anehnya dia sedang menggandeng gadis berkulit kuning, berambut biru kehijauan dan berbaju aneh warna salmon dengan sayap transparant.

"Kita mau ke mana?" tanya Rei pada teman barunya yang aneh itu.

"Gunung Carmella tempat yang yang mulia agung Calestyn tinggal, ada hal yang harus aku pastikan tentang kedatanganmu ke mari!" jelasnya.

"Baiklah, tapi apa aku harus tetap memanggilmu hantu?" tanya Rei.

"Namaku Ewa Lani, dan sekarang kau ada di Arasely, tempat ini bernama Arasely!" jelas gadis itu cepat.

"Baiklah!" jawab Rei yang tetap berpegangan erat.

Rei melihat ada binatang aneh berterbangan, ada yang besar ada yang kecil. Ewa Lani terbang cepat menukik dan berhenti mendadak karena segerombolan burung aneh bermata besar sedang melintas bersamaan.

"Kenapa para Lireck ini harus terbang sekarang!" protes Ewa Lani yang seperti kesulitan terbang karena kawanan burung yang ternyata bernama Lireck itu.

Setelah para burung itu melintas, mereka terbang lagi, kali ini Rei melihat sungai berwarna keperakan mirip mercury di termometer manual. Rei berpikir apa bisa dia minum air sungai aneh itu, karena selain lapar Rei juga merasa sangat haus.

Akhirnya mereka sampai di gunung Carmella, Rei melihat tampak istana megah dengan arsitektur unik yang aneh. Warnanya dominan putih dengan ujung atap kehijauan karena diputari oleh tanaman rambat dan bunga berwarna-warni. Benar-benar cocok kalau dibilang itu adalah rumah peri. Ewa Lani turun di halaman depannya, berbicara pada penjaga yang tingginya 3 kali lipat tinggi manusia normal. Bentuk wajahnya pun aneh, tulang-tulangnya panjang, dengan mata berwarna putih menyala.

Rei agak ragu untuk masuk, dia tidak tau apa Ewa Lani bisa dipercaya. Ewa Lani menggandeng Rei masuk, kali ini bocah 13 tahun itu tidak ada pilihan.

"Kau harus berani Rei, seperti namamu Reinhard (laki-laki pemberani), ayo jangan takut!" batin Rei dengan kaki yang sedikit gemetar.

Pintu kastil dibuka tampak seorang wanita secantik bidadari yang bercahaya, rambutnya hitam dan sangat panjang, duduk bersila melayang dengan baju putih kehijauan yang kainnya menjuntai-juntai dan melayang-layang.

"Yang mulia Calestyn aku Ewa Lani datang menghadap!" ujarnya memberi hormat.

Mata wanita itu terbuka, dia menatap Ewa Lani dan juga Rei.

"Ada apa Ewa Lani? Apa kau sedang membawa calon suamimu?" tanya Calestyn sembari tersenyum.

"Sudahlah Ibu! Aku tidak sedang bercanda!" protes gadis itu pada wanita yang ternyata ibunya itu.

"Dia manusia, anak Anastasia dan William, di Bumi Anastasia diberitakan meninggal bersama William karena kecelakaan, apa Ibu tidak sadar kalau itu sangat aneh!" jelas Ewa Lani serius.

Mendengar berita itu Calestyn bangkit, dia mendekati Rei dan melihatnya dari jarak dekat.

"Ewa Lani dia Dionne!" ujar Calestyn menatap Ewa Lani.

"Namaku Reinhard nyonya, mungkin kau salah orang!" ujar Rei yang tampak bingung.

"Dionne adalah makhluk berdarah campuran Rei, kau bukanlah manusia tapi Dionne, anak berdarah campuran antara manusia dan keturunan Divoj yang terakhir!" ujar Ewa Lani yang sontak membuat Rei sangat terkejut.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C4
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login