Download App

Chapter 7: Bab 7

Raka menatap Kenan yang ada di hadapannya sambil mengernyitkan dahinya. "Jawab aku!" marah Kenan karena kekasihnya itu hanya diam.

"Ayolah, bisakah kita tidak membahas ini. Apa kamu tidak takut jika ketahuan."

"Wanita rendahan seperti dia, di kasih uang juga diam!"

"Kenan! jangan menilai wanita seperti itu!" tegas Raka memperingati.

"Wanita memang seperti itu, jika tidak kenapa kamu masih bertahan denganku! Kenapa kamu tidak menikah saja!"

Raka tersenyum kemudian ia berjalan mendekat ke arah kekasihnya. "Sampai kapan aku harus mengulang jawabanku, hum?" tanya Raka yang kini sudah berdiri tepat di depan Kenan.

"Kamu belum tua Kenan, umurmu masih 27 tahun," ucap Raka dengan tersenyum mengejek.

"Cari wanita lain, jangan karyawanku! atau aku akan memecatnya."

"Oh, silahkan saja pecat! Dia bisa bekerja di perusahaan yang aku pegang," jawab Raka dengan nada menantang.

"Itu perusahaanku, jadi aku ada hak untuk tidak menerimanya bekerja di perusahaan yang kamu kelola!" tegas Kenan.

Raka tersenyum miring, kemudian ia pun berjalan ke arah tempat kunci yang ada di dekat pintu masuk. Ia mengambil sebuah kunci dan ia kembali berjalan menghampiri Kenan. "Ini kuncinya, aku keluar dari perusahaanmu!" ucap Raka dengan santainya sambil memberikan kunci perusahaan.

"Hanya karena perempuan rendahan itu kamu mau berhenti?" tanya Kenan tidak percaya dengan suaranya yang meninggi.

"Mencari pekerjaan itu bukan hal mudah, tidak seperti kamu yang sudah memiliki kekayaan sejak lahir. Aku tidak menyukai caramu yang mencampurkan hal di luar pekerjaan dengan pekerjaan!" marah Raka yang meninggikan suaranya.

"Gak ada laranganya seorang yang memiliki jabatan tinggi menjalin hubungan dengan karyawan bawahan!" tegas Raka membuat Kenan terdiam.

"Jangan seperti anak kecil Ke! Kamu seorang bos, seharusnya kamu tahu batasan-batasannya. Jika dia melanggar peraturan atau melakukan hal yang merugikan, kamu baru bisa memecatnya!" tegas Raka.

Kenan mendengus kesal ia berbalik dan memilih pergi mengambil barang-barangnya. "Jangan lakukan hal itu di appartement ini, atau aku akan hilang kendali!" peringat Kenan tanpa melihat ke arah Raka dan ia pun pergi meninggalkan apartement Raka.

Raka hanya tersenyum saja mendengar kalimat peringatan itu. Dia pun memilih pergi ke dapur dan membuatkan sarapan untuk dirinya juga Qia. Ia hanya membuatkan nasi goreng kemudian jus buah. Qia sudah berjalan ke luar menggunakan pakaianya yang di dalamnya ada dress yang di berikan Raka.

"Sarapan dulu," ucap Raka seraya tersenyum.

"Saya mau langsung pulang aja, Bang,"

"Aku udah buatin sarapan, sarapan dulu, ya."

"Humm," jawab Qia akhirnya.

Mereka pun sarapan pagi bersama, setelah selesai Qia membantu mencuci piring dan perlengkapan memasak. Dia juga meminta plastik untuk mencuci seprei yang terkena noda darah menstruasinya. Namun, Raka mengatakan jika tidak perlu di lakukan. Biar nanti dia mencucinya di tempat loundry.

Di rumah Kenan, Kenan yang baru saja memarkiran mobilnya kembali masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya ke rumah sakit. Tadi malam kakeknya tiba-tiba terkena serangan jantung yang akhirnya sekarang berada di rumah sakit.

Jalanan kota jakarta yang selalu macet membuat Kenan mengumpat kesal. Ia pun beberapa kali membunyikan klaksonnya. Kenapa tidak ada yang menelponnya saat Kakeknya masuk rumah sakit.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, ia akhirnya sampai di parkiran rumah sakit. Ia segera turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah sakit. Ia menuju bagian administrasi untuk menanyakan di mana kakeknya di rawat. Sebelum ia mengetuk pintu ia menetralkan detak jantungnya yang berdetak cepat. Ia pun mengetuk pintu dan masuk ke dalam. Di sana Kakek sedang di temani adik tirinya juga Ibu tirinya.

"Kek!" panggil Kenan sambil menghampiri tempat tidur Kakeknya.

"Kalian pulanglah bersihkan diri, Kenan sudah ada di sini,"

"Tapi, Pa ... "

"Pulang!" tegas Kakek dengan tatapan marahnya.

Revi dan putranya Banu akhirnya menuruti Kakek dari pada jantung Kakek kembali kambuh.

"Kakek kenapa bisa kena serangan jantung? Apa ada orang yang buat Kakek begini?" tanya Kenan begitu lembut.

Kakek diam dan memilih memejamkan matanya sambil bersedekap dengan posisi tubuhnya yang duduk karena posisi tempat tidur bagian atas di naikan. "Kek, bilang sama Kenan, siapa yang udah buat Kakek begini?" tanya Kenan dengan lembut.

Kakek membuka matanya kemudian ia menegakkan tubuhnya dan menatap tajam Kenan.

Plak

Satu tamparan kuat mendarat di pipi Kenan hingga Kenan menolehkan wajahnya. Kenan diam memposisikan wajahnya menoleh tanpa menatap ke arah Kakeknya. Ia tidak tahu apa salahnya hingga ia harus menerima tamparan seperti ini.

"Menikah atau semua hak waris kamu Kakek limpahkan ke adik tirimu dan Mamamu?" tanya Dermawan-Kakeknya.

Kenan langsung menatap Kakeknya dengan tatapan tidak percaya. "Kek ... " ucap Kenan terhenti karena tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Kakek memberimu waktu untuk menemukan wanita yang kamu mau, tapi apa yang kamu lakukan, hah!" teriak Kakek murka.

"Oh, atau kau mau Kakek memecat kekasihmu itu dan membuatnya tidak bisa bekerja di manapun?" tanya Kakek dengan nada mengancam.

"Apa maksud Kakek?" tanya Kenan tidak percaya.

"Qia? Qia bukan kekasihku, Kek!" ucap Kenan cepat karena setahunya hanya Qia wanita yang ia bawa semalam. Tidak mungkin, kan, kalau Raka. Mereka selalu bermain aman, tidak ada orang yang tahu jika mereka sepasang kekasih.

Mereka tidak pernah bercumbu di depan umum bahkan menunjukkan kemesraan di depan umum pun mereka tidak pernah melakukannya. Setiap kali mereka jalan berdua, mereka hanya seperti teman akrab.

Kakek mengambil handphone di atas nakas kemudian ia menyerahkan handphonenya yang di sana terpampang foto-foto mesra Kenan dan Raka yang sedang berciuman mesra di mobil juga di appartement Raka.

"I ... ini .... " Kenan tidak mamph berkata lagi, lidahnya terasa keluh.

"Kamu mau mengelak dengan bukti-bukti yang sudah ada?" tanya Kakek dengan wajah kecewa.

"Kakek tidak akan mengusik Raka, tapi kamu harus memutuskan hubunganmu dengan Raka dan segera menikah. Kakek kasih waktu kamu satu bulan untuk menemukan seorang wanita. Lewat dari itu, Kakek akan menikahkanmu dengan wanita pilihan Kakek!" tegas Dermawan Adiaksa.

Kenan tidak bisa berkutik, ucapan Kakeknya adalah mutlak. Walau sudah hampir lima tahun menjabat sebagai pemimpin perusahaan, kekuasaan sepenuhnya masihlah di miliki Kakeknya. Sebelum Kakeknya meninggal maka perusahaan masih tetap atas nama Kakeknya.

Kenan bukan gila harta hanya saja ia tidak mau orang-orang yang sudah menghancurkan kehidupan bahagianya mengambil alih perusahaan. Lebih baik ia menikah di bandingkan harus menyerahkan harta Kakeknya pada orang yang tidak tepat.

Hari ini Kenan memilih tidak masuk kantor karena menemani Kakeknya. Pekerjaan kantor pun tidak begitu banyak hingga bisa di handle. Ia juga memilih memode silent handphonenya supaya tidak begitu mengganggu.

Selagi Kakeknya tidur, Kenan membuka aplikasi jodoh, siapa tahu ada yang pas. Ia mulai memilih, sudah cukup banyak yang dia lihat, tapi tidak ada satupun wanita yang pas untuk di jadikan istri.

Entah, istri apa yang dia cari, ia sendiri tidak tahu karena sampai detik ini dia tidak berfikir untuk menikah. Ia menganggap wanita itu adalah makhluk rendahan yang hanya memanfaatkan laki-laki untuk memenuhi hasratnya. Seperti Mamanya yang sampai detik ini masih sering berganti-ganti pasangan. Entah sudah berapa kali ia menikah dan untunglah Mamanya tidak memiliki anak. Hanya ia satu-satunya anak Mamanya.

Sedangkan Papanya menikah lagi dengan seorang janda anak satu dan tidak memiliki anak. Papanya menikah pun bukan karena kemauannya tapi semua karena permintaan Kakek supaya ada yang menjaga almarhum Papanya yang saat itu menderita struk ringan. Walau Papanya hanya menantu, tapi Kakek menyayanginya apalagi dengan kelakuan anak wanita semata wayangnya yang seperti itu. Almarhum Kenzi -Papa Kenan adalah lelaki yang baik hati dan juga lemah lembut. Dia orang yang penuh kasih sayang.

Kebencian Kenan pada seorang wanita di mulai semenjak Carla meninggalkan Papanya dan memilih pria lain. Hampir setiap tahun dulu, ia datang ke acara pernikahan Mamanya dengan pria yang lebih muda atau yang lebih tua. Namun, sudah sekitar tiga tahun ini Mamanya tidak pernah lagi ada kabar menikah semenjak perceraiannya dengan suami mudanya. Mungkin Mamanya itu sudah mendapatkan karmanya dengan menderita penyakit ganas, itulah yang ada di pikiran Kenan.

Entah kenapa Mamanya bisa seperti itu, padahal ia seorang wanita berkelas. Ia adalah anak perempuan satu-satunya Dermawan Adiaksa dan Kenan adalah satu-satunya cucu laki-laki di keluarga besar Adiaksa. Semua cucu keluarga Adiaksa adalah perempuan.

Pintu ruangan rawat terbuka, Kenan pun menatap ke arah pintu. Carla masuk sambil membawa bingkisan buah. Pakaian yang super sexy menampilkan lekukan tubuhnya yang masih terlihat kencang padahal usianya sudah 52 tahun.

Carla meletakkan bingkisannya di atas nakas kemudian ia berjalan ke arah sofa di ruangan itu. Ia duduk di samping anaknya yang hanya diam.

"Kenapa gak kasih kabar?" tanyanya sambil meletakkan tas jinjingnya di atas meja.

"Lupa, " jawab Kenan malas.

"Kenapa Kakek tiba-tiba kena serangan jantung?"

"Gak tahu!" jawab Kenan ketus.

"Kamu ini! Mama tanya baik-baik jawabnya ngegas!" kesal Carla dan ia pun memilih memainkan handphonennya untuk berselancar di sosial media.

Tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka hingga helaan napas berat dari bibir Kenan terdengar begitu jelas. "Ma, cariin perempuan untuk Kenan jadikan istri, tapi, jangan seperti Mama," ucap Kenan sambil menatap Mamanya.

Carla langsung menatap anak semata wayangnya itu dengan satu alisnya yang terangkat ke atas. "Aku enggak mau semua harta ke tangan Mama dan Zevan," ucap Kenan untuk menjawab kebingungan Mamanya.

Carla terkekeh, "Andai harta itu jatuh ke Mama, sudah pasti Mama akan mewariskannya ke kamu. Karena kamu anak Mama. Harta Mama seluruhnya milikmu, bunny," ucap Carla sambil mengacak puncak kepala anaknya.

Kenan menepis tangan Carla kemudian ia mengalihkan pandangannya. Ia ingin berteriak di depan Mamanya, kenapa Mamanya seperti ini. Mamanya begitu baik padanya, tapi sikap Mamanya membuatnya membeci seorang wanita.

Carla kembali terkekeh kemudian ia memberikan handphonennya pada anaknya. "Buka galery kamera Mama. Di situ banyak wanita-wanita yang bisa kamu pilih," ucap Carla sambil mengulurkan handphonennya.

Kenan menatap handphone Mamanya cukup lama kemudian menatap Mamanya. "Kalau nanti enggak ada yang suka, Mama bisa carikan yang lain yang sesuai keinginan kamu," ucap Mamanya seraya tersenyum.

"Oh, iya. Mama baru inget. Anaknya tante Sindi si Chika temen main kamu dulu waktu tk sampai sd, dia sekarang ada di Jakarta. Apa kamu mau sama Chika aja?" tanya Mamanya terlihat bersemangat.

"Lihat nanti, Ma," jawab Kenan malas dan mengambil handphonennya.

Kenan pun mulai membuka galery handphone Mamanya untuk mencari wanita yang kira-kira cocok untuk di jadikan istri. Mamanya hanya tersenyum, karena akhirnya anak kesayangan satu-satunya ini mau menikah. Semoga dengan menikah Kenan bisa terlepas dari dunia yang salah, karena dia kodratnya adalah laki-laki yang seharusnya berpasangan dengan seorang wanita.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login