pukul 17.30 mereka baru menyelesaikan percakapan mengenai sekolah. Selama perjalanan pulang Alfa terus mengingat-ingat dimana dia pernah melihat Biru.
Terbesit rasa penasaran juga terhadap adik sahabatnya itu. entah kenapa dia sedikit ingin tahu dengan kehidupan Biru, dan mungkin bisa dibilang dia tertarik pada calon adik kelasnya itu.
----
"Kalian yakin mau disini? udah lah di rumah bokap aja." ujar Biru sambil membereskan bekas cemilan dengan temannya yang lain.
"yaelah bir, kaga ada bedanya disini sama disono." sahut Nathan yang sedang menyapu lantai.
"iya sama aja. lagian harunya kita yang Nanya. yakin gapapa kita isi ini rumah?." Kini di cowok berkacmata yang bersuara.Ya siapa lagi kalo bukan Raka.
"gapapa lah. gapapa banget. sayang kan daripada kosong. tapi kalian udah ijin kan ma bonyok?"
"udah. Dan mereka ngijinin kita. lagian udah biasa juga." Sahut Airys lalu tak ada yang bersuara lagi.
Hari sudah sore. Gadis dengan seperti cowok itu beranjak dari tempat duduknya.
"eh kalo gitu gue pulang dulu ya. kalo ada apa apa jangan sungkan panggil aja ya. datang langsung." ujar Biru sambil menyambar tas selempang hitam di atas meja.
"oh iya pasti bir. hati hati bir."
"buset Deket ini."
"Deket juga harus tetep hati-hati bir." Timpal Raka
"iya iya.. yaudah bye .. wassalamualaikum." Pamit Biru
"waalaikumsalam."Jawab salam mereka kompak.
setelah berada di depan pintu rumah, biru baru teringat sesuatu. dia lupa mau bertanya tentang perkembangan Raka.
saat dia hendak melangkah kembali ke rumah sampingnya. ayahnya keluar lalu berujar
"Bir? baru pulang?" tanya ayahnya lalu duduk dan tak lama disusul oleh bi Lastri membawakan segelas teh disimpan di meja samping Surya.
"iya yah." jawab biru membalikan badannya.
"yasudah bersih bersih sana. nanti temani ayah untuk bertemu dengan klien." ujar Surya lalu menyeruput teh manis.
"gak sama Abang aja yah?" tanya Biru lalu duduk di kursi dekat ayahnya.
"Abang kamu lagi ada urusan katanya. sekretaris ayah lagi cuti."
"ouh...." seru Biru sambil menganggukan kepalanya.
"Bagaimana dengan rencana Sekolah kalian?" Tanya Surya lalu menyimpan gelas tehnya. Lalu dia menatap putri bungsunya, dia tak menjawab apa apa. sepertinya dia melamun.
Memang suasana hangat sore hari selalu membuat kita terhanyut dalam pemikiran. sangat cocok untuk menikmati angin dan cahaya sore yang menghangatkan hati.
"Bir?" Tutur ayahnya lrmbut. Biru terperanjat, benar dia sedang melamun. Entah apa yang dipikirkannya. Dia selalu seperti itu, melamun terhanyut dalam pikrian.
"kenapa yah?" Surya hanya menghela napas panjang.
"Bagaimana dengan rencana sekolah kalian?" Surya mengulang kembali pertanyaan yang sempat terabaikan beberapa oleh putrinya.
"Oh itu,kita tertarik sama sekolah bang Fares."
"bagaimana menurut ayah?" lanjutnya menanyakan pendapat.
"Bagus. pilihan yang bagus. ayah setuju, kamu juga bisa berangkat bersama dengan Abang mu kan." Biru mengangguk dan tersenyum.
Namun entah mengapa, setiap melihat putrinya tersenyum seolah-olah ada rasa gelisah dan cemas dibalik senyuman itu.
"Yah Biru ke dalam dulu ya. bersih-bersih dulu." ujarnya lalu bangkit dan berjalan meninggalkan ayahnya.
----
Suara adzan berkumandang membangunkan umat umat yang tengah terlelap dalam mimpinya. Waktu menunjukan pukul 4.30. itu tandanya waktunya umat muslim untuk menunaikan ibadahnya.
remaja dengan pakaian tidur dan rambut acak tak karuan, berjalan gontai menuju kamar mandi.
di tempat lain, empat remaja tengah bersiap untuk menunaikan ibadah dengan salah satu dari mereka menjadi imamnya.
sudah terbiasa dan dibiasakan sejak dini jika mereka selalu menunaikan ibadah yang wajib dilaksanakan bagi seorang muslim.
setelah menunaikan shalat subuh, Biru turun dari kamarnya menuju dapur. hari masih cukup pagi. Rasanya tenggorokan sangat kering. Dibawanya gelas lalu dituangkannya air hangat.
suasana pagi yang begitu damai. terbesit dalam pikirannya untuk lari pagi.
setelah bersiap dia memulai olahraganya dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu.
dia pun mulai menyusuri jalanan. tiupan angin pagi membuatnya sedikit menggigil. namun ada yang menarik perhatiannya. cahaya jingga yang keluar dari sebelah timur, orang orang sering menyebutnya dengan Sunrise.
keindahan itu dia abadikan dengan mengambil gambar dengan hpnya.
tersenyum dia melihat hasil nya.
"Lo itu indah. Tapi sayang keindahan Lo cuma sesaat." ujarnya sambil menatap foto di hpnya.
"karena ga ada yang abadi kan di dunia ini?." ujar seseorang dari belakang Biru. Dia menatap sosok itu. Suara yang tidak asing dari telinganya.
Biru mengerutkan keningnya. Mencoba mengingat, ini lah salah satu kekurangan dia. Tidak bisa mengingat seseorang dengan benar.
"Sendirian?" tanya cowok dengan pakaian olahraga hitam itu.
"Lo kenal gue?" tanya biru sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Setelah gue ngomong panjang lebar kemarin. Lo ga inget gue?"
"Awal yang mengesankan ya." lanjut cowok itu.
Biru masih memasang wajah bingung. Jujur dia sangat tidak ingat dengan sosok di depan nya ini.
Melihat Biru yang sedang berpikir keras, membuatnya terasa gemas.
"Gue Alfa. temen Abang Lo." ujarnya tak tega melihat gadis di hadapannya berpikir terlalu keras.
"Oh." seru Biru lalu memasukan hpnya kedalam tas selempang hitamnya.
"gitu doang?" Tanya Al
"ya terus gue harus jingkrak jingkrak? atah guling guling gitu?."
"ya engga juga si.." ujar Al sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Biru memutar bola matanya malas. Lalu melanjutkan aktivitas jogging nya dan berniat untuk pulang.
"Mau kemana?" tanya Al membuat Biru menghentikan langkahnya.
"Pulang." jawab Biru singkat
"ke mana?"
"Rahmatullah.." ujar Biru asal tak sadar dengan yang di ucapkan nya barusan.
"yaudah semoga amal ibadah Lo diterima ya.." ujar Alfa dan dibuahi pelototan dari mata Elang Biru.
"astagfirullah. bang pen gua santet apa gimana?" geram Biru memasang tatapan tak bersahabat.
"di sayang aja gimana?" perkataan yang lolos begitu saja dari mulut Al.
"Dih." seru Biru memasang wajah jijik. lalu Melanjutkan larinya.
"Gimana Bir? mau gak?" teriak Al tak tau malu memang dia. Berteriak di tempat umum. ya jalanan sudah mulai rame, dan ada beberapa orang disana yang sama tengah menjalani aktivitas olahraga.
Biru menghiraukan perkataan Al. Dia sama sekali tidak menyahut ataupun menoleh. Biarkan saja dia berteriak seperti itu. Malu ditanggung sendiri ya Al.
----
Ting!
satu pesan masuk ke hp Biru. Dia tak langsung membukanya, karena dia sedang mengganti bajunya. Dia sedang terburu-buru karena dia harus menemui seseorang hari ini.
pukul 09.30 Biru sudah berada di cafe tempat dia berjanjian. Dia memanggil waiter lalu memesan minuman kesukaannya.
sambil menunggu seseorang dia membuka hpnya. Dia teringat ada yang mengirimnya pesan tadi. dia membukanya ternyata dari nomor yang tidak dikenal.
+62*************
'Hai..'
begitulah isi pesan singkatnya.
lalu dia menjawab
'siapa?'
tak lama setelah jawabannya terkirim. orang yang ditunggunya pun datang.
continued....